Tangisan di Kamar Mandi Pesawat: Perjalanan yang Mengubah Hidup Seorang Pramugari
Hari itu adalah salah satu hari kerja paling mengejutkan dalam hidup Leslie. Sebagai pramugari, ia sudah mengalami berbagai kejadian aneh di pesawat, tetapi tidak ada yang seperti ini. Penerbangan lintas negara baru saja lepas landas, dan seperti biasa, Leslie serta rekannya, Amy, melakukan demonstrasi keselamatan sebelum kembali ke tugas masing-masing.
Saat berjalan menuju ruang istirahat, Leslie mendengar suara aneh dari dalam kamar mandi. Awalnya, ia mengira itu suara anak kucing yang mengeong. “Apa ada yang menyelundupkan hewan ke dalam pesawat?” pikirnya. Namun, ketika ia mengetuk pintu, tidak ada jawaban. Merasa cemas, Leslie memutuskan untuk membuka pintu, dan seketika ia tersentak kaget.
Di dalam kamar mandi, seorang bocah kecil duduk meringkuk di lantai, menangis tersedu-sedu. Leslie berjongkok, berusaha menenangkan diri, lalu bertanya dengan lembut, “Hei, Nak, kamu mengejutkanku! Aku Leslie, siapa namamu?” Dengan suara pelan, bocah itu menjawab, “Ben.”
Leslie membantunya berdiri dan membawanya ke kursi kru sementara ia mencari tahu di mana tempat duduk bocah itu. Namun, ketika mengecek daftar penumpang, ia tidak menemukan nama “Ben” di dalamnya. Ini semakin membuatnya bingung. “Ben, di mana orang tuamu? Apa kamu tersesat?” tanyanya. Bocah itu tidak menjawab, hanya memeluk erat kantong kertas lusuh yang dibawanya.
“Baiklah, Ben,” kata Leslie dengan nada lembut, “apa yang ada di dalam kantong itu?” Ben mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata dan berbisik, “Obat Nenek. Dia akan meninggal tanpa ini, dan itu semua salahku!”
Rahasia di Balik Perjalanan Ben
Dengan penuh kesabaran, Leslie berhasil menggali kisah Ben. Ia adalah anak bungsu dari keluarga besar. Sementara kakak-kakaknya sibuk bermain olahraga dan berpetualang, Ben bercita-cita menjadi ilmuwan. Ia sering melakukan eksperimen di rumah, tetapi ibunya tidak menyukai percobaannya yang sering kali berantakan. Ben hanya ingin mendapat perhatian dan kebanggaan dari ibunya, seperti yang diberikan kepada kakak-kakaknya.
Saat neneknya jatuh sakit, keluarganya memutuskan untuk mengunjunginya di Seattle sambil membawa obatnya. Namun, di bandara, Ben terpisah dari keluarganya. Ia melihat sosok yang mirip ibunya dan mengikutinya ke dalam pesawat, tanpa menyadari bahwa ia telah naik pesawat yang salah. “Aku hanya ingin jadi pahlawan yang membawa obat untuk Nenek,” tangis Ben, “tapi sekarang aku malah jadi penyebabnya meninggal.”
Sesampainya di Los Angeles, Leslie segera melapor ke pihak berwenang. Namun, ia terkejut ketika diberitahu bahwa ia harus menjaga Ben semalaman di hotel hingga pengaturan lebih lanjut dibuat. Rencana malamnya untuk bersenang-senang di klub harus dibatalkan. Ia menghubungi rekan-rekannya untuk meminta bantuan, tetapi tidak ada yang bersedia menjaga Ben untuknya.
Saat mereka makan malam dengan pizza, ponsel Leslie berdering. Suara ibunya terdengar panik di telepon. “Joe sakit,” katanya. Joe adalah putra Leslie yang selama ini tinggal bersama ibunya. Dokter menduga penyakitnya bersifat genetik dan Leslie mungkin harus menjalani tes.
Leslie merasa hatinya hancur. Sudah lebih dari sebulan ia tidak pulang, dan sekarang putranya sakit parah. Tangisnya pecah. Ia sangat ingin memeluk Joe, mencium rambutnya yang harum, dan memberitahunya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, pekerjaannya membuatnya jauh dari rumah.
Ben, yang mendengar percakapan itu, mendekati Leslie dan menyentuh lengannya. “Miss Leslie,” katanya pelan, “aku ingin kamu mengambil obat ini untuk Joe. Jika aku tidak bisa menyelamatkan nenekku, setidaknya aku bisa membantu menyelamatkan anakmu.”
Perjalanan Menuju Rumah dan Keajaiban yang Menyusul
Leslie merasa tersentuh oleh kebaikan hati Ben. Namun, ia memiliki ide yang lebih baik. Ia memesan tiket pesawat ke Seattle untuk Ben dengan uang pribadinya dan mengajukan cuti agar bisa mengantarnya. Setelah mengantar Ben, ia akan pulang ke Missoula untuk melihat putranya.
Di pesawat, Ben terlihat cemas. “Bagaimana kalau Nenek sudah meninggal? Ibu tidak akan pernah mencintaiku lagi.” Leslie tersenyum dan mengacak rambut bocah itu. “Ibumu selalu mencintaimu, Ben. Aku yakin dia sangat mengkhawatirkanmu.”
Setibanya di Seattle, keluarga Ben langsung berlari menghampirinya dan memeluknya erat. Ibunya menangis sambil berjanji tidak akan pernah mengabaikannya lagi. Melihat itu, Leslie merasa lega.
Namun, ketika ia tiba di rumahnya, hatinya kembali hancur. Joe tampak sangat lemah dan pucat. Selama beberapa hari berikutnya, Leslie menemani putranya ke dokter, tetapi hasilnya tidak memberikan kejelasan. Sementara itu, ia harus mengambil cuti tanpa bayaran, dan keuangan mereka mulai menipis.
Suatu hari, saat Leslie dan ibunya sedang berdiskusi tentang bagaimana mereka akan bertahan, pintu rumah diketuk. Saat Leslie membukanya, ia melihat Ben berdiri di sana bersama keluarganya. “Aku punya sesuatu untukmu dan Joe,” kata Ben sambil menyerahkan sebuah amplop.
Dengan tangan gemetar, Leslie membuka amplop itu dan menemukan cek bernilai lebih dari seratus ribu dolar. Ia terpana. “Apa ini? Aku tidak bisa menerimanya…”
Ayah Ben maju dan memeluk istrinya yang menangis. “Kami menggalang dana untuk membantu Joe. Kami ingin kamu menerimanya.”
Leslie menempelkan cek itu ke dadanya sambil menangis haru. “Ini adalah hadiah terbesar yang pernah aku terima. Aku hanya berharap ini cukup.” Ben tersenyum dan memeluk kaki Leslie. “Aku yakin ini akan cukup! Dan nanti, saat Joe sudah sehat, aku akan datang bermain dengannya.”
Akhir Bahagia dan Balas Budi
Berkat bantuan dari Ben dan keluarganya, Leslie bisa membawa Joe ke dokter terbaik. Setelah perawatan intensif selama sebulan, Joe kembali sehat dan ceria seperti sedia kala.
Suatu hari, ketika melihat Joe bermain dengan anjing tetangga, Leslie merasa sulit percaya bahwa sebelumnya ia begitu lemah. “Dan semua ini berkat Ben,” bisiknya.
Ia lalu menatap ke langit, melihat pesawat melintas. Waktunya kembali bekerja sudah semakin dekat. Namun, ia baru saja memikirkan cara terbaik untuk membalas kebaikan Ben dan keluarganya.
Keesokan harinya, ia menelepon ibu Ben. “Aku punya kabar baik! Maskapai tempatku bekerja setuju memberikan diskon besar untuk keluargamu seumur hidup.”
Pelajaran dari Kisah Ini
- Setiap anak butuh perhatian. Ben hanya ingin ibunya memperhatikannya, tetapi ia malah mencari cara yang salah untuk mendapatkannya.
- Pelarian bukanlah solusi. Leslie mencoba menghindari kesedihannya dengan berpesta, tetapi akhirnya menyadari bahwa yang ia butuhkan adalah menghadapi kenyataan dan kembali kepada orang-orang yang mencintainya.